Welcome to My Blog ^^ Thanks for visiting my blog and I hope you can enjoy and get many knowledge from this blog~

Welcome to My Blog ^^ Thanks for visiting my blog and I hope you can enjoy and get many knowledge from this blog~

Welcome to My Blog ^^ Thanks for visiting my blog and I hope you can enjoy and get many knowledge from this blog~

Welcome to My Blog ^^ Thanks for visiting my blog and I hope you can enjoy and get many knowledge from this blog~

Thursday, 17 April 2014

Posted by Unknown On 18:05
Fotografi aristektur klasik atau kontemporer bisa jadi merupakan fotografi yang sobat sukai, sebelum mulai mari kita lihat 9 tips fotografi arsitektur di bawah ini :
1. Peka terhadap arah cahaya karena hal ini dapat meningkatkan kontras, bayangan, tekstur dan refleksi. Tingginya kadar kontras dapat menipu kamera untuk mengekspos adegan dengan tidak benar, tapi Sobat dapat dengan mudah mengatasi hal ini dengan menerapkan kompensasi eksposur. Trik lainnya adalah dengan shoot braket dengan nilai eksposur yang berbeda (mengekspos satu untuk highlight, satu untuk midtones dan satu untuk shadow) dan kemudian menggabungkan mereka dalam program HDR khusus(seperti Photomatix atau Photoshop).
2.  Lensa fish eye atau wide-angle (dan focal length) sangat ideal untuk genre ini karena memungkinkan fotografer untuk membingkai seluruh bangunan dalam lingkungannya. Namun kadang-kadang lensa Sobat mungkin tidak dapat mencakup seluruh adegan, untuk itu format panorama mungkin dapat dimanfaatkan. Kamera kompak sekarang banyak menawarkan mode Jenis khusus untuk menggabungkan bersama beberapa tembakan di kamera (Panorama), tapi efek yang sama dapat dicapai pasca-pemotretan dengan software panorama khusus seperti; Hugin atau PTgui jika Sobat memotret dengan DSLR.
3. Dalam  fotografi arsitektur bagian dalam dari bangunan tidak kalah penting dengan bagian luar. Ini bisa sulit untuk pengaturan white balance pada interior, terutama yang bergantung pada pencahayaan buatan, jadi ingatlah untuk kompensasi sesuai dalam menu White Balance atau gunakan grey card. Gambar interior dalam bangunan tua cenderung lebih menjengkelkan karena secara tradisional menampilkan jendela dan pintu kecil – sehingga dapat kekurangan cahaya alami. Cobalah gunakan tripod dan pergunakan long-exposure dan Sobat bisa memanfaatkan filter ND untuk menghentikan highlight masuk saat pengambilan gambar di siang hari. Atau Sobat bisa menggunakan pencahayaan tambahan, seperti flash tapi hati-hati karena hal ini dapat merusak scene dari atmosfer dan detail.
4. Ketika matahari terbenam bentuk baru dari fotografer arsitektur dapat muncul. Untuk memotret struktur sebagai siluet saat matahari terbenam, posisikan arsitektur/bangunan antara Sobat dan matahari. Pastikan lampu flash dinonaktifkan dan mengekspose langit. Jika latar depan terlalu terang atur kompensasi eksposur pada nilai negatif untuk menggelapkannya. Efek ini dapat menghasilkan hasil yang sangat misterius. Gambar malam bisa sangat dramatis dengan atmosfirnya, tapi ingat untuk memotretnya ketika masih ada cahaya dan warna yang tersisa di langit untuk menambahkan tone pada latar belakang dan membantu untuk menerangi rincian. Stur posisi yang baik, atur kamera pada tripod dan tunggu tampilan lampu kota dari jendela, lampu jalan, lampu sinyal – semua ini dalam pelangi warna neon akan menambah suasana lebih dramatis dan misterius. Gunakan wide aperture dan long exposure, jika kamera Sobat didukung menggunakan ISO rendah untuk memastikan detail tidak hilang oleh noise.
5. Tidak seperti bentuk lain dari fotografi, gambar arsitektur yang menarik dan dapat diproduksi dalam segala cuaca. Dengan memotret gedung yang sama dalam berbagai kondisi cuaca, fotografer dapat menghasilkan portofolio yang hebat – mungkin Sobat dapat memilih tiga foto terbaik untuk dijadikan fortofolio.
6. Refleksi menambahkan dimensi ekstra pada gambar arsitektur dan memungkinkan fotografer untuk menciptakan sebuah kanvas di mana bangunan tersebut terlihat terdistorsi. Lingkungan perkotaan yang penuh dengan banyak permukaan reflektif, sehingga Sobat tidak harus melihat terlalu jauh untuk berlatih, misalnya: jendela, fitur air, genangan air dan jalan-jalan basah, kacamata hitam, sungai dan lain-lain.

Tervuren, Belgium – by fatboyke (Luc)

7. alasan mengapa arsitektur tetap eksis- Sobat akan terkejut betapa sedikit informasi bagaimana bakground dapat memicu banyak inspirasi. Bangunan yang memiliki arsitektur indah biasanya memuat focal point, jadi cobalah croping  sedekat mungkin untuk untuk mendapatkan gambar abstrak. Selanjutnya Sobat mungkin ingin memasukkan artefak berulang yang berserakan di seluruh bagian eksterior, misalnya; bata rumit atau checker papan jendela. Gunakan lensa tele untuk zoom in dan jangan lupa tripod untuk mendukung focal length yang panjang.
8. Bangunan rata-rata jauh lebih tinggi dari fotografer sehingga pasti akan ada beberapa unsur distorsi dalam sebuah foto arsitektur, tetapi ini dapat digunakan untuk menciptakan sumber ketegangan dalam frame. Cukup memposisikan diri Sobat sedekat mungkin pada dasar bangunan dan memotret dengan lurus ke atas, untuk mendapatkan perspektif yang indah. Atau cobalah untuk berdiri jauh dari gedung agar dapat memotret gedung dengan tambahan benda sehari-hari seperti orang, transportasi pohon, bangku-bangku, dll. Untuk mempertahankan rinci seluruh adegan dengan aperture kecil (f –stop besar) seperti F14, atau coba buang ketajaman (blur) foreground atau background dengan memilih aperture besar (f-stop kecil).

Finance Central – by HKmPUA
9. Gambar arsitektur seharusnya tidak hanya menjadi estetika dan grafis, gambar ini juga harus menyediakan dinamisme dan gerakan – jadi, bermain-mainlah dengan garis, cahaya dan bayangan untuk memberikan perhatian dan mempertimbangkan hirarki level dan area. Arsitektur dibangun pada prinsip simetri, sehingga memotret simetri ini pada akhirnya akan memperkuat subjek dan mudah-mudahan memperkuat komposisi. Temukan pusat simetri dengan menempatkan tangan Sobat di antara garis mata dan membuat frame Sobat di sekitar pusat itu. Atau membebaskan diri dari garis-garis lurus steril dan sudut bujursangkar dengan mengikuti prinsip-prinsip alam misalkan memasukan kurva dan lingkaran dalam bentuk bayangan atau refleksi, dapat membantu untuk melunakkan struktur.


Wednesday, 22 January 2014

Posted by Unknown On 19:43

Handphone adalah alat yang selalu kita bawa kemana – kemana, bukan hanya karena fungsinya sebagai alat komunikasi namun juga karena ia memiliki kemampuan ‘super’; pemutar mp3, GPS, perekam, organizer dan tentu saja kamera.
Dengan terus bertambahnya kemampuan kamera handphone (megapiksel, kualitas lensa dan adanya flash), frekuensi dan jumlah penggunanya juga semakin banyak. Sayangnya, hasil foto menggunakan kamera ini masih tetap terbatas. Bukan semata karena kualitas kamera namun juga mungkin cara kita menggunakannya.
Ini adalah 11 tips yang bisa anda pakai untuk memaksimalkan kualitas foto dari kamera handphone, apapun merk handphone anda, silahkan:
  • Jangan gunakan zoom, mendekatlah ke obyek foto
Kamera handphone cenderung memperkecil obyek foto, jadi selalu usahakan agar anda memotret dari jarak yang cukup sehingga keseluruhan obyek bisa memenuhi frame tanpa harus menggunakan zoom. Zoom akan menurunkan resolusi foto anda secara keseluruhan dan membuat foto tidak tajam.
  • Pastikan cahaya yang menerangi obyek mencukupi
Kamera hanphone tidaklah sesensitif mata kita yang bisa melihat di keremangan. Usahakan selalu agar cahaya yang menerangi obyek foto mencukupi, hasil foto outdoor cenderung lebih bagus dibanding indoor. Jika tersedia, gunakan flash saat memotret indoor. Namun harus diingat bahwa jarak efektif flash adalah sekitar 2-3 meter, jadi jangan berharap kita bisa menerangi seisi ruangan dengan flash.
  • Pegang handphone se-stabil mungkin
Semakin stabil kamera semakin bagus foto kita. Jadi usahakan selalu agar tangan kita tenang saat mengambil foto. Jika perlu, manfaatkan benda yang lebih stabil sebagai sandaran, misalnya pohon atau tembok sehingga membantu kestabilan tangan.
  • Baca tips tentang komposisi
Pengetahuan tentang komposisi yang bagus akan membantu kita memotret dengan lebih baik. Cobalah baca tips komposisi singkat ini. Namun jangan terpaku, seperti kata para fotografer tenar bahwa dalam aturan pertama dalam fotografi adalah tidak ada aturan,  yang ada adalah selera.
  • Cobalah memotret dari tempat yang tidak biasa
Foto yang dibuat dari sudut yang biasa-biasa saja maka hasilnya juga akan biasa-biasa saja. Untuk itu cobalah memotret dari sudut yang tidak biasa, misalnya dari bawah obyek seperti contoh di bawah.
  • Pilih resolusi tertinggi
Resolusi tertinggi berarti foto yang dihasilkan memiliki detail lebih banyak dan bisa dicetak lebih besar. Jika kamera memberi pilihan resolusi, pilihlah resolusi tertinggi. Juga resolusi tinggi juga berarti ukuran file yang lebih besar, ini menjadi pertimbangan bagi pemilik handphone dengan kapasitas memory terbatas atau misalnya foto akan dikirim maka akan membutuhkan waktu transfer lebih lama.
  • Pastikan lensa selalu bersih
Sebaik apapun kita memotret dan sebagus apapun obyek foto tapi jika lensa kita kotor maka hasilnya pastilah jelek. Mengingat handphone kita lama berada di kantong maka kotoran kelamaan akan menempel di lensa kamera, oleh karena itu secara berkala bersihkan lensa dari kotoran. Gunakan kain lembut untuk membersihkan, tak perlu cairan apapun. Jika terkena minyak, gunakan cairan pembersih LCD atau kacamata.
  • Kenali waktu jeda shutter
Kamera handphone memiliki apa yang disebut shutter lag, yakni waktu jeda antara saat kita memencet dan saat kamera mulai mengambil foto. Kenali waktu jeda ini dengan baik supaya tangan kita tetap tenang sesaat setelah kita menekan shutter.
  • Hindari mengedit foto dari handphone
Handphone memiliki beberapa fitur pengolahan foto bawaan yang cukup menarik (dan lucu-lucu), namun jika anda cukup tahan godaan dan rela kerepotan mengolah foto di komputer, maka hasilnya akan jauh lebih bagus dan kita akan memiliki keleluasaan kreatif yang lebih besar nantinya ketika mengolah foto di komputer.
  • Foto sesering mungkin
Kita harus bersyukur hidup di jaman digital sehingga berapapun kita memotret, kita tidak perlu mengeluarkan ongkos ekstra. Bayangkan jika anda memotret menggunakan film, berapa roll yang harus dibeli? Karena itu, jangan sungkan dan ragu, potretlah sebanyak dan sesering mungkin, semakin banyak kita memotret semakin banyak pula hasil yang bagus.
  • Jangan beri efek di handphone, beri efek di komputer
Kebanyakan handphone melengkapi dirinya dengan aplikasi tertentu yang memungkinkan kita mendapat efek seperti yang kita maui, misalnya hitam-putih, crop, sephia dll. Namun untuk mendapatkan hasil terbaik, gunakan software photo editor pilihan anda.


Tuesday, 21 January 2014

Posted by Unknown On 20:42
Fine Art, adalah Seni Murni, yang datang dari: Fotografi, atau, Seni ini (yang dibicarakan) adalah ‘sebuah: subyek’ yang muncul dari dalam Fotografi itu sendiri. Dan sesuai dengan urutan penyebutan bahasanya, saya lebih menegaskan kepada pemakaian kata: ‘Fotografi’ terlebih dulu, dan kemudian kata ‘Seni’ akan mengikutinya. Dan saya akan menuliskannya: ‘Fotografi Seni’ (Photographic Art), terlebih dulu -lengkap, tanpa harus menguranginya menjadi: ‘Foto Seni’, karena pada beberapa pemahamannya, akan berbeda, antara Fotografi dan Foto itu sendiri, -walau dipergunakan untuk pengertian yang saling mewakili. Penulisan menjadi: Foto Seni, akan menjadi peringkat kedua dalam penggunaannya, -untuk pemahaman yang sudah melampaui definisi fotografi itu sendiri. Fine Art (of) Photography, merupakan pencapaian ‘Realitas Murni’ yang obyektif. Bahkan, ke-obyektifitas-an dalam fotografi dari awal kelahirannnya, hanya dipahami secara obyektifitas dari keteknisan proyeksinya saja.

Metamorphotons
Metamorphotons
Pemakaian kata ‘Foto’, pada dasarnya lebih identik dengan: hasil fotografi (photograph) -dalam kajian bahasa Indonesia, sedangkan Fotografi, adalah keilmuan dan studi secara keseluruhan. Fotografi merupakan keilmuan teknis proyeksi optik yang sangat ketat. Sejak dari awal dan dasar dari penemuan Fotografi, bahkan tidak mengenal dengan apa yang disebut: Seni. Apalagi ketika dikaitkan dengan apa yang didefinisikan sebagai Seni Rupa. Itu terjadi setelahnya dan nanti, ketika kita menguasai dasar fotografinya terlebih dulu, dan jangan coba-coba mencari jalan pintasnya, karena penggalan sistem dalam fotografi akan banyak yang hilang dan menjadi kabur. 
Fotografi, identik dengan teknologi yang terkait dengan optik dan energi, -sesuatu yang nyata dan ke-benda-an (dalam konsepsi: visible light). Namun, dalam proses perkembangan dan hasil visualnya, fotografi mempunyai pengaruh yang luar biasa, mencakup hal eksistensi kepada hasilnya. Ketika pada tahap ini, yang kemudian dibicarakan adalah tentang subyektifitas apresiasi di banyak arah dan komunikasi (Vision). Fotografi adalah teknis pencapain visual (yang obyektif) dan proyeksi selanjutnya akan meliputi ke-subyektif-an visual itu sendiri. Dalam rumus matematika-fisika, proyeksi fotografi akan mencapai kepada satu titik pembahasan tentang ‘energi’ dari ‘invible light‘. Rumus berkesinambungan bolak-balik, dari visible lighthingga kepada invisible light (electromagnetic). Apresiasi atau pun Ekpresi, adalah energi dari invisible light itu sendiri. 
Bila Fotografi adalah Fotografi, definisi keilmuannya lebih lanjut akan lebih mudah dipahami. Bahkan ‘penambahan’ kata ‘Art‘ atau ‘Fine Art‘ juga tidak terlalu banyak dibicarakan, karena disitu sudah berisi akan ‘kepentingan’ – yang lain. Fotografi adalah visual dari rumus energi dan optik, dan hal yang jarang dibicarakan adalah: energi verbal (teori:Vision). Verbal adalah proyeksi energi visi dalam perhitungan ‘cahaya hitam’ (invisibe light), dan Visual adalah proyeksi energi optik dari ‘cahaya putih’ (visible light). (Lihat dalam penulisan sebelumnya)
Bila berbicara ‘seni’ dalam definisi ‘fine-art‘ di fotografi, mungkin sejuta apresiasi bisa dimunculkan, secara subyektif, dan tidak akan pernah selesai. Namun, bila dikaji bahwa fine-art dalam fotografi adalah ‘seni’, yang muncul dari dalam (isi), dan dasar dari hasil fotografi secara obyektif, akan lebih mudah dipahami. Bahkan seni yang muncul dari dalam fotografi, tidaklah rumit. Seni dalam fotografi sangat terukur dan bisa didefinisikan. Tidak ada yang perlu ‘disembunyikan’, namun keunikan isi dalam fotografi menjadi sebuah ‘teka-teki’ yang harus dimunculkan dan diulas lebih dalam. Apresiasi dan Ekspresi menjadi urutan kedua, ketiga, dan seterusnya, bahkan menjadi tidak penting pada proses awal. Apresiasi dan Ekspresi, yang subyektif, tidak muncul dari luar isi dan hasil fotografi itu sendiri, karena fotografi adalah studi dan hasil yang realitis dalam teknis yang ketat. 
“Apa yang dilihat dan apa yang akan dihasilkan” -dalam sebuah proses fotografi, ini adalah benar-benar definisi kunci. Bahkan, kita bisa membuat banyak definisi lanjutan tanpa harus ‘meminjam’ definisi kata seni yang lain (yang sudah terlebih dulu eksis). Demikian juga nantinya, fotografi akan mempunyai semakin banyak definisi seni miliknya sendiri. Fotografi berbicara tentang realitas yang terjadi, dan kemudian terproyeksi secara alami, hingga mampu mengeluarkan ke-obyektifitas-annya sendiri, bahkan lebih kuat dari realitas itu sendiri, inilah yang akan mempengaruhi visi kita. Bahkan bisa saja terjadi, kuatnya realitas fotografi, bisa hingga lebih kuat dari realitasnya sendiri, menjadi sesuatu yang seakan tidak bisa dijelaskan dan diartikan, -ini yang rancu dan keliru. Fotografi terletak dalam wadah realitas, bukan wadah imajinatif.

Stranger Unpredictable
Stranger Unpredictable
Lebih gamblang lagi, yang dimaksud ‘fine art‘ dalam fotografi tersebut, sebaiknya jangan didefinisikan sebagai Seni Rupa (Seni Lukis), namun, pemahamannya lebih tepat kepada: Seni Murni (Orisinalitas yang muncul dari: Fotografi) -saja, yang berarti membicarakan kemurnian dan ke-orisinalitas-an dari keilmuan fotografi itu sendiri. Namun, hingga kini, pemakaian ‘fine art photography‘ dalam kajian ‘imbas’ seni rupa masih dipergunakan. Mungkin masih available, namun perlu dipahami saja bahwa definisinya tidak sama bila Fotografi Seni, diterjemahkan dalam definis keilmuan Seni Rupa. Fine Art dalam fotografi, berarti dasar pencapaian kemurnian akan penguasaan teknis, dan kemudian mendefinisikan serta menyampaikannya secara detil, tentang apa yang ada dalam isi hasil fotografi tersebut. 
Realitas Murni (Photography) tersebut, adalah proyeksi visual optik, merupakan definisi dari ‘cara melihat’, sedangkan proyeksi selanjutnya adalah terletak pada pemahaman ‘cara memandang’ yang didefiniskan sebagai Realitas Alternatif. Dan ‘keterlibatan’ atas Ekspresi, Apresiasi, dan Interpretasi, merupakan imbas dari proyeksi Realitas Murni. Kedua faktor berkesinambungan tersebut, adalah rangkaian proyeksi yang normal, dan wajar. Tugas seorang seniman fotografi (fotografer) harus mampu membuat ‘benteng’ definisinya sendiri, bagaimana membuat hasil karyanya tetap berada dalam wilayah fotografi murni, yang tidak keluar dari jalur keilmuan, tidak menambahkan elemen lain selain faktor cahaya, melebih-lebihkan teknis, dan membuat manipulasinya, dengan faktor dan aspek diluar keilmuan dasar proyeksi dari fotografi.
Pada satu titik pembicaraan yang jarang ditampilkan terbuka adalah:Statement atau penyampaian maksud, dari fotografer / seniman fotografi atas karyanya sendiri. Mereka jarang mengemukakan ide, maksud, dan tujuannya atas karya fotografinya sendiri. Hal sederhana yang seharusnya dilakukan adalah menuliskannya, lewat judul, isi besar, atau deskripsinya. Tanpa adanya statement fotografi tersebut, hasilnya bisa menimbulkan ‘depresi ekspresif’ / ‘depresi apresiatif’ kepada dirinya sendiri atau orang lain, sehingga bisa keliru penafsirannya. Penyampaian statement itu termasuk bisa juga mempergunakan media: Suara / Sound.
Seperti yang pernah saya tuliskan sebelumnya, realitas dalam fotografi, sangatlah kompleks. Realitas tersebut sangat terkait dengan energi proyeksi cahaya (photon), yang meliputi 3 elemen besar, yakni:mata >< otak >< alat perekaman, yang saling terkait berkesinambungan. Dan dengan fotografi, semua itu sangat mudah didefinisikan bila kita menyempatkan diri untuk memperdalamnya dengan lebih detil. Dan ketika semua itu sudah bisa didefiniskan dengan lebih detil, maka saya sudah bisa menyebutkan ‘Fine Art of Photography‘ itu adalah Seni-nya Fotografi sendiri, dan dituliskan dengan: ‘Photographic Art‘ atau ‘Photo Art‘ atau Fotografi Seni Foto Seni. Ketika sampai pada penyebutan dengan ‘Foto Seni’ ini, saya bukan hanya membicarakan ‘hasil’ yang tercetak atau ditampilkan saja, namun keseluruhan imbas dan keilmuannya, baik secara Interpretasi, Apresiasi, maupun Ekspresi di dalamnya.


Sunday, 29 December 2013

Posted by Unknown On 20:26


Fotografi alam
Fotografi alam merujuk pada aktivitas fotografi yang dilakukan di lapangan dan berkaitan erat dengan elemen - elemen alama seperti kehidupan liartanaman dan pemandangan alam serta tekstur. Foto alam diterbitkan di majalah yang berkaitan dengan kebudayaan dan wisata seperti Majalah National Geographic, Majalah National Wildlife, dan Majalah Audubon atau majalah lain yang lebih spesifik. Beberapa fotografer yang terkenal misalnya Frans LantingGalen RowellEliot Porter dan Art Wolfe.

Fotografi kehidupan liar

Gajah India di Taman Nasional Mudumalai, India
Kegiatan fotografi ini ditujukan untuk menangkap foto aksi binatang, seperti makan, berkelahi, atau terbang. Meskipun seringkali diambil dalam alam liar, daerah pertanian juga sering menjadi lokasi untuk pemotretan fotografi alam liar.

Teknik yang digunakan sangat berbeda dengan fotografi lanskap seperti penggunaan aperture yang besar untuk mendapatkan kecepatan rana, pergerakan obyek dan latar belakang yang kabur. Sementara itu pada fotografi lanskap lebih menggunakan aperture kecil. Banyak fotografer yang menggunakan peralatan kamuflase untuk mendapatkan foto dari bidang ini. 

Tips Fotografi Mengabadikan Alam Liar Dari Professional

Kegiatan di alam bebas pasti sangat seru dan akan lebih mengasyikan apabila kita mengisinya pula dengan mengabadikan momen tersebut dengan sebuah kamera digital SLR. Dengan sebuah kamera digital dan sedikit tips teknik fotografi berikut, Keindahan alam yang kita lihat akan terekam abadi dengan indah.
Tips fotografi alam ini bukan datang dari sumber yang sembarangan, melainkan dari seorang yang telah meraih berbagai penghargaan didunia fotografi yaitu Tyler Stableford yang menyempatkan dirinya menggelar seminar klinik fotografi di ibukota Indonesia, Jakarta. Sedikit informasi Tyler adalah satu diantara 7 fotografer terbaik dunia menurut versi Men's Journal dan tinggal di daerah pegunungan Aspen Colorado, yang membuatnya terlatih dalam hal fotografi alam liar dan ekstrim.
Mari kita simak bersama beberapa tips untuk menghasilkan foto alam liar terbaik dari Tyler Stableford ini.
1.    Mengambil Gambar Berobjek Matahari
Bila Anda berpetualang ditengah gunung dengan landscape yang kurang marik jangan takut untuk memotret ke arah matahari dan menjadikan matahari sebagai penghias yang indah pada foto Anda, matahari adalah pemberi pencahaayan yang sangat baik sekaligus objek yang indah untuk Anda abadikan.
2.    Depth Of Field
Depth of Field bahasa mudahnya adalah memotret objek utama dari jarak dekat dengan latar belakang objek lainnya tidak fokus (Blur). Teknik ini akan menjadi sangat indah saat Anda menemukan momen alam liar yang tepat seperti bunga kecil yang indah atau binatang yang mendekat pada Anda dengan latar belakang blur air terjun atau pepohonan.
3.    Lampu Kilat Tidak pada Bodi kamera
Dengan memakai lampu kilat pada bodi kamera, pemandangan yang Anda abadikan akan terlihat flat atau datar, bila Anda terpaksa memakai flash, sebaiknya memakai flash yang terpisah dengan bodi dan menyalakan flash dari jarak yang berjauhan dari kamera, agar dimensi foto tidak datar dan terlihat sebagai cahaya alami.
4.   Objek Utama Tidak Selalu ditengah
Jangan selalu mengambil objek utama di tengah-tengah foto Anda, tempatkanlah disamping atau dibawah agar keindahan alam sekitar yang terlihat seakan juga sama pentingnya atau sama indahnya dengan objek utama Anda.
5.    Memakai Lensa Widelens
Alam liar terbentang sangat luas didepan Anda, tetapi bila lensa yang Anda gunakan bukan yang berprofil wide, hasilnya akan seperti foto biasa. Kemegahan alam liar ini dapat Anda abadikan dengan lensa yang berprofil lebar, yaitu lensa wide atau Lensa telefoto dengan minimum 200mm.

Thursday, 26 December 2013

Posted by Unknown On 19:40

          Jangan lupa buka presentasiku menggunakan prezi di bawah ini, ya!! Di situ, kalian dapat belajar mengenai “Negara Maju dan Negara Berkembang” lengkap dengan cara mudah untuk menghapalkan materi yang sebegitu banyaknya. Mungkin dengan bentang alam yang ada di negara-negara tersebut kalian dapat menentukan lokasi untuk hobi fotografi. Semoga bermanfaat. Oke, saya ucapkan terima kasih dan selamat membaca! J


Wednesday, 25 December 2013

Posted by Unknown On 17:42

Hyperjump

Pernah mencoba memotret dengan teknik light painting? kalau belum anda harus mencobanya. Memotret dengan teknik light painting adalah hal yang sangat mengasyikkan dan salah satu penggunaan kreatif shutter speed. Dalam fotografi light painting, kita membuka shutter dalam waktu yang cukup lama (long exposure), memotret dalam kegelapan dan mengarahkan sumber cahaya terarah (misal lampu senter) pada beberapa titik obyek foto dalam rentang sepanjang shutter terbuka.
Teknik foto light painting atau light graffiti tidak membutuhkan banyak biaya, hal utama yang membedakan foto light painting bagus dan yang biasa-biasa saja adalah kreatifitas dan kemauan kita untuk mencoba. Dengan teknik ini, kita menggunakan sumber cahaya sebagai kuas layaknya lukisan.
Tujuan utama teknik foto “melukis dengan cahaya” adalah kita menerangi beberapa area atau titik pada obyek sehingga hanya hanya daerah yang diterangi tersebut yang terekam di foto. Penggunaan kreatif lain adalah untuk membentuk pola cahaya yang unik. Semua tergantung visi anda.
Apa Saja Yang Dibutuhkan?
Beberapa peralatan yang dibutuhkan untuk mencoba teknik ligh painting:
1. Sebuah kamera dengan kontrol manual, terutama yang dilengkpai dengan mode bulb. Ini diperlukan karena waktu exposure bisa diatas 30 detik. Sebagai contoh, foto mobil diatas dihasilkan dengan 113 detik.
2. Sebuah tripod.
3. Sumber cahaya: lampu senter, flash eksternal, lampu belajar, obor elektrik, lilin dll sesuai selera. Makin beragam sumber cahaya serta pilihan warnanya makin banyak opsi kreatif kita.
4. Shutter release, atau jika tidak teman yang rela memencet tombol shutter


Fire

Foto Light Painting: Uji Coba Pertama

Foto light painting bisa dicapai dengan banyak cara, namun kalau anda baru pertama kali mencoba berikut beberapa langkah awal yang bisa diikuti:
1. Cari tempat yang gelap. Anda bisa mencobanya dikamar dengan lampu dimatikan. Jika anda mencobanya di luar ruangan, usahakan tidak ada sumber cahaya lain yang masuk ke foto (memang tdak harus tapi untuk awal agar lebih mudah).
2. Tentukan obyek foto yang akan anda sinari, lalu tentukan bagaimana anda akan menyinarinya.
3. Alternatif lain adalah memotret pola sumber cahaya: anda bisa menggunakan lampu senter untuk menulis kata atau meniru bentuk tertentu.
4. Set kamera di posisi bulb mode.
5. Gunakan aperture yang moderat. Antara f/4 sampai F/8 adalah pilihan awal yang bagus.
6. Gunakan kabel release shutter lalu kunci di posisi lock, kalau anda tidak memiliki kabel release cari teman yang mau memencetkan tombol shutter sesuai waktu exposure yang dibutuhkan.
7. Sekarang mulailah gunakan sumber cahaya untuk menerangi beberapa titik/area obyek foto atau mulailah membuat bentuk sesuai keinginan anda tadi.
8. Usahakan anda tidak berdiri antara sumber cahaya dan lensa, kalau cahaya dari lampu ke lensa terhalang oleh badan anda maka hasil foto akan tampak ada siluetnya.
9. Usahakan lama penyinaran antara satu titik ke titik lain sama waktunya agar hasil foto tampak lebih halus.
10. Setelah selesai ‘melukis’, lepaskan tombol shutter (atau kabel release).
11. Lihat hasil akhir foto, kalau anda belum puas dengan foto akhir, ulangi lagi. Kadang diperlukan beberapa kali usaha untuk menentukan waktu exposure yang bagus sesuai dengan kekuatan sumber cahaya anda.

The Hollow Line - Light Graffiti


F/4, 240 detik, bulb. Perhatikan bahwa kedua model diatas harus berpindah dari satu titik ke titik lain.

Eksperimen Adalah Kunci

Agak susah untuk mengetahui waktu exposure yang pas di mode bulb hanya dengan sekali percobaan, maka jika foto pertama terlihat jelek ulangi lagi dan sesuaikan waktu. Anda bisa menggunakan timer untuk menentukan waktu bulb yang paling pas. Jangan lupa juga cobalah sumber cahaya yang bervariasi. Cobalah beberapa warna sumber cahaya: merah, biru, kuning dll. Cobalah variasikan obyek foto. Kreatifitas itu menyenangkan bukan?

Nah selamat mencoba!
Posted by Unknown On 16:53
           

       
Fotografi bawah/dalam air biasanya digunakan oleh penyelam scuba atau perenang snorkel. Namun, biaya scuba diving ditambah dengan peralatan fotografi sering mahal dan berat di bawah air, membuat ini menjadi salah satu kekurangan umum pada fotografi bawah air. Demikian pula jika seorang amatir memiliki peralatan dan scuba, mengambil gambar bawah air dapat menjadi rumit, karena kacamata scuba yang diperbesar dan mendistorsi visi fotografer. Dalam fotografi bawah air, fokus yang ideal terjadi tiga / empat kaki di depan kamera. Karena refraksi air, dibutuhkan sedikit latihan untuk menentukan dengan tepat di mana hal ini.
Alam Bawah Air memiliki keunikan serta keindahan tersendiri yang kemudian menarik keinginan kita untuk mengabadikannya yaitu dengan kegiatan fotografi, namun tidak sedikit kegiatan fotografi bawah air masih tidak memperdulikan kondisi diri sendiri dan lingkungan sekitar dengan hanya berorientasi kepada pengambilan objek gambar sesuai yang diinginkan. Ironis, ketika kita bermaksud mengabadikan keindahan alam bawah laut tetapi kegiatan tersebut berdampak pada rusaknya lingkungan bawah laut itu sendiri.
AWARE Project mengeluarkan 10 tips fotografi bawah air yang aman serta ramah terhadap lingkungan sekitar. Diharapkan setelah mengetahui fotografi bawah air yang baik, kelestarian alam bawah air tetap terjaga keindahannya untuk dapat dinikmati oleh pengunjung-pengunjung lainnya.

Take only pictures, Leave only bubbles!

1. Foto dengan Hati-hati
Menyelam lah dengan hati-hati karena makhluk air banyak yang  rapuh terlepas dari ukurannya. Teknik yang tidak tepat saat mengambil atau mengedit foto bawah air dapat merusak kehidupan air yang sensitif dan membahayakan organisme yang rapuh dengan benturan kamera atau tangki, ayunan/kipasan  fin atau bahkan sentuhan tangan.
2. Menyelam dengan Stabil
Komponen Kamera dapat menambah berat badan anda atau membuat menjadi apung. Pastikan untuk mengamankan peralatan foto dan selam untuk menghindari kontak dengan terumbu karang atau habitat penting lainnya. Latihlah daya apung  dan keterampilan fotografi di kolam renang sebelum anda melakukannya di dekat lingkungan yang sensitif dan rapuh.
3. Tahan Godaan/Keinginan Anda
Jangan menyentuh, memegang, memberi makan, atau naik di biota laut. Tidak mengubah posisi/lokasi biota laut untuk mendapatkan gambar yang sempurna. Kebanyakan biota laut pemalu dan mudah stres. Tindakan anda dapat mengganggu proses makan mereka, mengganggu kawin atau memprovokasi penyerangan oleh spesies yang biasanya tidak agresif.
4. Lakukan dengan Tenang dan Sabar
Ketika menyelam, bergeraklah perlahan dan tenang. Hindari penggunaan flash berlebihan yang dapat mengejutkan biota laut. Bersabarlah dan tenang ketika memotret – akan memungkinkan organisme untuk menunjukkan perilaku alami mereka untuk mendapatkan hasil foto lebih signifikan dan bermakna.
5. Pertajam Keterampilan Anda
Pastikan tingkat kesulitan menyelam dan kondisi lingkungan cocok dengan keterampilan dan kenyamanan penyelaman Anda saat ini. Jangan menstabilkan diri anda di bawah air dengan memegang ke karang untuk mengambil gambar yang lebih baik.
6. Kumpulkan Informasi
Ketahui dan ikuti peraturan lokal dan protokol setempat mengenai perilaku mamalia laut dan hewan lain sebelum masuk ke bawah air. Jangan lupa untuk berbagi pengetahuan ini dengan penyelam lainnya. Peraturan ini bertujuan untuk melindungi makhluk dan menjaga kelestarian mereka di generasi mendatang.
7. Jadilah Penyelam AWARE
Dengan mengetahui lebih banyak tentang kehidupan dan perilaku biota laut Dapat membantu Anda mendapatkan gambar yang lebih baik. Pertimbangkan mendaftar dalam AWARE - Konservasi Terumbu Karang, AWARE Identifikasi Ikan , Proyek Khusus AWARE atau Underwater Naturalist untuk mempelajari lebih lanjut tentang lingkungan Anda memotret.
8. Ambil hanya Gambar, Tinggalkan hanya Gelembung
Hampir semua yang ditemukan di alam air masih hidup atau akan digunakan oleh makhluk hidup lainnya. Menghilangkan spesimen seperti karang dan kerang bisa mengganggu keseimbangan dan akan membuat tempat menyelam berkurang baik dari sumber daya mereka dan keindahannya.
9. Bagi Gambar Anda
Gunakan gambar untuk pelestarian lingkungan dengan menggunakan foto Anda sebagai bukti untuk melaporkan gangguan atau kerusakan. Bantu penelitian ilmiah dan peningkatan sumber daya manajemen dengan menyumbangkan foto Anda ke lembaga pemantauan program seperti The Whale Shark Project. Anda juga bisa mengirimkan foto Anda untuk AWARE Project. Gambar anda memiliki kekuatan untuk mengubah perspektif dan pengaruh terhadap konservasi.
10. Dukung Pelestarian
Dukung Yayasan AWARE Project, sebuah organisasi nirlaba, organisasi lingkungan yang didedikasikan untuk melestarikan lingkungan bawah air melalui pendidikan, advokasi dan aksi.